Sepuluh tahun lebih sejak lulus dari pendidikan dan sudah hampir satu dekade pula melihat dari dekat kehidupan dalam “kawah candradimuka”nya para santri alias pesantren terlihat masih begitu miris rasanya bila memandang aspek kebersihan diri dan lingkungan……..
Bila kita simak ayat berikut :
{فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِين} [التوبة: 108]
Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang suka membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. [At-Taubah:108]
{وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ} [المدثر: 4]
Dan pakaianmu bersihkanlah, [Al-Muddatsir:4]
Demikian pula dalam hadist berikut :
“Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah saw. : Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu” (HR. Tirmizi)”
Menjadi kontradiktif sekali bila ternyata dikalangan para santri (tentu tidak semua santri dan tidak semua pesantren .Penulis) insidensi kasus penyakit kulit masih begitu tinggi. Keluhan gatal-gatal menempati urutan paling atas. Tidak heran penyakit seperti infeksi jamur kulit, kadas, kudis, pediculosis, scabies, borok, kutil, mata ikan dan berbagai penyakit kulit lainnya menjadi masalah kesehatan yang tak ada habisnya.
Pernah suatu ketika datanglah seorang kakek mengantar cucunya untuk memeriksakan kesehatannya……. .
Berikut sekilas ceritanya :
Sang kakek menjelaskan bahwa cucunya sakit gatal-gatal sejak masuk dalam pesantren. Setelah diperiksa terlihat jelas bahwa penyakit scabiesislah yang menjadi penyebab gatalnya sang cucu. Dengan bangganya sang kakek juga menjelaskan bahwa keluhan seperti itu sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan pesantren, belum dikatakan santri kalau belum pernah menderita sakit seperti itu bahkan sang kakek menjelaskan lebih lanjut bahwa kakeknya dulu yang juga pernah “nyantri” juga mengalami sakit serupa………
(Sebenarnya masih ada beberapa kisah serupa yang saya jumpai dalam praktek sehari-hari)
Sungguh ironis menyimak sepenggal kisah tersebut bila kita hubungkan dengan ayat maupun hadist diatas. Gatal-gatal akibat scabies tentu identik dengan lingkungan yang tidak bersih. Lingkungan yang kotor, lembab menjadi tempat yang sangat disukai sarcoptes scabies (hewan kecil yang hanya bisa dilihat dengan alat bantu mikroskop yang menjadi penyebab penyakit scabiesis). Pesantren yang tentu didalamnya terdapat masjid dan asrama/rumah santri masih bisa dikatakan jauh dari bersih jika dilihat dari adanya penyakit tersebut. Betapa penyakit gatal-gatal (scabiesis) sudah dianggap sebagai hal yang biasa dan “kudu” dialami dan juga itu sudah terjadi paling tidak dalam 6 generasi berturutan (dari kakeknya si kakek hingga cucunya kini)……..
Penyakit-penyakit lain yang juga berhubungan dengan kebersihan seperti infeksi jamur kulit, kadas, kudis, pediculosis, borok, kutil juga tak mau ketinggalan untuk menjangkiti lingkungan pesantren. Patut disayangkan bila hal ini dianggap hal yang lazim terjadi.
Celakanya keluhan tersebut juga dialami para ustadz yang nota bene menjadi guru santri.
Lucunya lagi ternyata para tenaga medis (dokter ataupun perawat) sudah sangat mahfum terhadap penyakit yang sering diderita para santri tersebut sehingga ketika menjumpai pasien dengan keluhan diatas pasti muncul pertanyaan “mas santri di pesantren ya?” suatu “cap buruk” kepada santri atau pesantren yang seharusnya menjadi panutan dalam kebersihan.
Tetapi nun jauh disana (dan ini insya Allah juga masih banyak terjadi tempat lain) memiliki kondisi yang sangat berbeda. Tepatnya sebuah pesantren di lereng gunung Lawu, pondok pesantren Iskarimah. Lingkungan dalam pesantren demikian tertata dengan apiknya, ketertiban dan kebersihan santri terlihat sangat jelas. Komitmen bersih tidak hanya dari para pimpinan pesantren tetapi dari seluruh civitasnya. Nuansa Islam itu bersih dan indah tampak sangat nyata.
Menjadi renungan bagi kita semua bahwa kesadaran untuk hidup bersih harus diawali komitmen kuat dari diri sendiri. Tanggung jawab utama tentu diemban oleh para pimpinan pesantren. Tanggungjawab untuk menjadikan pesantren dan santrinya bersih dan indah. Bagaimana menjadikan kebersihan diri menjadi sebuah kebutuhan untuk hidup sehat. Bagaimana menjadikan kebersihan untuk mengawali ibadah kepadaNya.
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit (tidak boleh kena air) atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh (menyetubuhi) perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. [Al-Maidah:6]
Akhirnya kebersihan adalah untuk menyempurnakan nikmat Allah dan agar kita bersyukur……….insya Allah.